KEBUTUHAN SEKSUAL PADA LANSIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lanjut usia merupakan sebuah proses dan anugerah bagi manusia. Prosess
penuaan terdiri atas teori-teori tentang
penuaan, aspek biologis pada proses menua, proses penuaan tingkat sel , tingkat
penuaan menurut sistem tubuh, dan aspek psikologis pada penuaan.
Menjadi tua, dengan segenap keterbatasan, akan dialami oleh seseorang
jika kita panjang umur. Seseorang dikatakan lanjut
usia akan dilihat dari usia kronologis dan usia biologis (Setiawan 2002 dalam Taher : Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan 2009) dengan seiring bertambahnya
usia maka seorang lansia akan mengalami masalah masalah kesehatan akibat dari
proses penuaan.
Secara umum , telah di identifikasi bahwa lanjut
usia pada umumnya mengalami berbagai gejala akibat terjadinya penurunan fungsi
biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Gejala akibat terjadinya penurunan
fungsi biologis khususnya organ pencernaan pada lanjut usia diantaranya akan
terjadi gangguan pemenuhan nutrisi (Taher, 2009)
Seorang perawat memiliki peran dan fungsinya
diantaranya fungsi sebagai pemberi asuhan keperawatan. Untuk memberikan asuhan
keperawatn yang menyeluruh, perawat harus memahami tentang perubahan yang
dialami seorang lanjut usia, mampu melakukan pengkajian, menegakan diagnosa,
merencanakan, dan melakukan evaluasi keperawan dengan baik pada lanjut usia
yang mengalami gangguan nutrisi dan cairan.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Perawat memahami perubahan teori terkait perubahan seksual lansia dan
mampu melakukan asuhan keperawatan pada masalah gangguan nutrisi dan cairan masa usia lanjut secara menyeluruh.
2.
Tujuan Khusus
a.
Perawat mengetahui teori terkait perubahan nutrisi dan cairan lansia
b.
Perawat mengetahui gangguan nuutrisi dan cairan pada masa usia lanjut
c.
Perawat mampu melakuakan
pengkajian keperawatan masalah nutrisi dan cairan pada masa usia lanjut
d.
Perawat mampu menegakkan
diagnosa keperawatan masalah nutrisi dan cairan pada masa usia lanjut
e.
Perawat mampu melakuakan
perencanaan keperawatan masalah nurtisi dan cairan pada masa usia lanjut
f.
Perawat mampu melakuakan
perencanaan keperawatan masalah nutrisi
dan cairan pada masa usia lanjut sesuai hasil yang diharapkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Teori Penuaan Berdasarkan
Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi Pada Lansia
Proses menua adalah suatu tahapan hilangnya
kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan fungsi yang normal. Proses menua merupakan proses yang terjadi
secara terus-menerus dan alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu
berbeda kecepatannya. Menua bukanlah status penyakit yang terdapat pada diri
seseorang tetapi menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Ada beberapa macam teori proses penuaan
terkait kebutuhan nutrisi dan cairan yaitu
:
a)
Teori penurunan sistem
imun tubuh, mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
sistem imun tubuh mengenalinya sehingga merusaknya, hal ini di dasari oleh
peningkatan penyakit auto imun pada lanjut usia (Nugroho, 2008).
b)
Teori kerusakan akibat
radikal bebas, teori ini dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh
karena adanya proses metabolisme atau proses pernafasan di dalam mitokondria.
Radikal bebas merupakan suatu atom molekul yang tidak stabil karena mempunyai
electron yang tidak berpasangan sehingga sangat efektif mengikat atom atau
molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh
(Nugroho, 2008).
c)
Teori menua akibat
metabolisme, kurangnya asupan kalori dapat menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang meyebabkan kegemukan
dapat memperpendek umur (Nurgoho, 2008)
d)
Teori rantai silang, menua
di sebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen)
bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya
jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua
(Nugroho, 2008).
e)
Teori fisiologis, teori ini merupakan teori instrinsik dan
ekstrinsik. Terdiri atas teori oksidasi
stress. Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (
regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).
B.
Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal Akibat
Penuaan
Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap
bagian dalam saluran gastrointestinal dalam beberapa derajat. Namun karena
luasnya persoalan fisiologis pada system gastrointestinal hanya sedikit
masalah-masalah yang berkaitan dengan usia yang dilihat dalam kesehatan lansia.
Banyak masalah-masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia lebih erat
dihubungkan dengan gaya hidup mereka.
1.
Rongga mulut
Penampilan fisik, kemampuan berkomunikasi dan asupan nutrisi ditingkatkan
oleh bersiham mukosa mulut dan keutuhan gigi. Walaupun tanggalnya gigi bukan
suatu konsekuensi dasar dari proses penuaan, banyak lansia mengalami
penanggalan gigi sebagai akibat dari hilangnya tulang penyokong pada permukaan
periosteal dan periodontal. Mukosa mulut tampak merah dan mengkilat pada lansia
karena adanya atrofi.Bibir dan gusi tampak tipis karena epithelium telah
meyusut dan menjadi lebih mengandung keratin. Aliran air liur tetap normal pada
lansia yang sehat dan tidak mendapatkan pengobatan yang akan dapat menyebabkan
mulut menjadi kering.
2.
Esofagus, lambung dan usus
Motilitas esophagus tetap normal meskipun esophagus mengalami sedikit
dilatasi seiring penuaan.Sfingter esophagus bagian bawah (kardiak) kehilangan
tonus. Reflex muntah pada lansia akan melemah. Kesulitan dalam mencerna makanan
adalah akibat dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motilitas lambung.
Atrofi mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi asam hidroklorit
(hipoklohidria), dengan pengurangan absorbs zat besi, kalsium, dan vitamin B12.
Motilitas gaster biasanya menurun dan melambatnya gerakan dari sebagian makanan
yang dicerna keluar dari lambung terus melalui usus halus dan usu besar.
3.
Saluran empedu, hati, kandung empedu dan pancreas
Kapasitas
fungsional hati dan pancreas dalam rentang normal karena adanya cadangan
fisiologis dari hati dan pancreas. Setelah usia 70 tahun ukuran hati dan
pancreas akan mengecil, terjadi penurunan kapasitas menyimpan dan kemampuan
mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan. Proses penuaan telah mengubah
proporsi lemak empedu tanpa perubahan metabolism asam empedu yang signifikan.
Factor ini mempengaruhi peningkatan sekresi kolesterol
C.
Perubahan Akibat Proses
Penuaan Lansia Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Dan Cairan
a.
Nutrisi
Kebutuhan nutrisi lansia tidak sama dengan
kebutuhan orang dewasa atau yang lebih muda. Pemahaman tentang kebutuhan
nutrisi lansia sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang
baik.Untuk menilai kecukupan nutrisi dan memilih intervensi yang baik, perawat
harus memiliki pengetahuan tentang nutrisi dasar dan terapi diet (Gloria, World
: 1999)
Penelitian telah menunjukkan mayoritas lansia di
Amerika percaya bahwa nutrisi penting untuk kesehatan.Tapi mereka tidak selalu
mengkonsumsi nutrisi yang baik.Informasi dari The National Council Aging
mengungkapkan bahwa lansia memiliki resiko tinggi mengalami gizi buruk yang
memberikan efek negatif pada kesehatan mereka.Perkiraan lansia yang menderita
gizi buruk berkisar dari 15% menjadi 50% dengan resiko kekurangan gizi yang
lebih tinggi. Data yang dikumpulkan dari the Elderly Nutrition Programs of the Older
Americans mengungkapkan bahwa sekitar 75% dari lansia memiliki resiko sedang
sampai tinggi untuk terkena gizi buruk.
Kebutuhan gizi klien lanjut usia perlu dipenuhi
secara adekuat untuk kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh,mengatasi
proses menua, dan memperlambatusia biologis. Kebutuhan kalori pada klien lanjut
usia berkurang karena berkurangnya kalori dasar akibat kegiatan fisik.
Kebutuhan kalori klien lanjut usia tidak melebihi 1700 kalori.
1.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kelompok famili dari zat gula dan
pati.Karbohidrat terbagi menjadi dua jenis yaitu karbohidrat kompleks dan
sederhana.Karbohidrat sederhana lebih mudah digunakan karena mereka memiliki
ikatan yang lemah sehingga mudah untuk dipecah dan digunakan oleh
tubuh.Karbohidrat tersebut misalnya gula, madu, sirup dan permen.Karbohidrat
kompleks harus dipecah menjadi karbohidrat sederhana sebelum digunakan oleh
tubuh.Pemecahan tersebut membutuhkan waktu dan energi.Contoh makanan yang
mengandung karbohidrat komplek adalah sayuran, padi-padian dan buah. Makanan
yang mengandung karbohidrat kompleks biasanya juga mengandung nutrisi yang lain
seperti mineral dan vitamin yang lebih banyak dibandingkan pada makanan yang
mengandung karbohidrat sederhana. Karbohidarat kompleks biasanya mengandung
lebih banyak erat yang larut dalam air. Menurut The American Health Association
merekomendasikan sekitar 55-60 % kalori dalam tubuh berasal dari karbohidrat
kompleks. Rekomendasi lebih ditujukan untuk lansia (Gloria,World:1999)
Diet tinggi karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mengontrol terjadinya proses penyakit. Serat yang larut dalam karbohidrat dapat
menyerap kolesterol jahat dalam darah yang membantu individu yang memiliki
resiko penyakit arteri korener.Karbohidrat kompleks juga memiki peranan penting
mengontrol diabetes karena efektivitasnya dalam menghasilkan energi tanpa
menyebabkan peningkatan glukosa dalam darah.
2.
Protein
Protein terdiri dari asam amino yang penting untuk
perbaikan jaringan. RDA protein untuk wanita diatas 50 tahun adalah 50 gram per
hari, sedangkan untuk pria diatas 50 tahun, RDA proteinnya adalah 65 gram per
hari. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
mengungkapkan bahwa 10 % - 25 % wanita diatas 55 tahun mengonsumsi kurang dari
setengah jumlah harian protein yang disarankan. Konsumsi protein pada lansia
dapat dipengaruhi oleh banyak factor termasuk kemampuan untuk mendapatkan dan
menyiapkan makanan, bahkan kemampuan untuk mengunyah makanan yang mengandung
protein tinggi.
Beberapa makanan yang tinggi protein seperti steak, ham,
jeroan, kuning telur, dan susu juga mengandung banyak lemak. Konsumsi protein
dengan kandungan lemak tinggi yang berlebihan dapat meningkatkan kolesterol
dalam darah dan trigliserida, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap
pembentukan plak aterosklerotik dan perubahan dalam pembuluh darah.Oleh karena
itu, banyak dokter dan ahli gizi merekomendasikan bahwa makanan protein dengan
lemak tinggi perlu dibatasi.Orang yang melakukan diet lemak harus mengonsumsi
protein rendah lemak seperti ikan dan unggas tanpa lemak serta protein dari
sumber tanaman seperti kacang polong dan kacang-kacangan.
3.
Lemak
Lansia
disarankan mengkonsumsi lemak sekitar 25 % sampai 30 % dari total asupan kalori
harian. Saran ini berlaku untuk semua umur.Lemak diperlukan dalam diet untuk
membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan memberikan jumlah
yang cukup.Lemak dibutuhkan karena dapat memberikan rasa kenyang setelah makan.
Ketika
mempertimbangkan asupan lemak dalam makanan , penting untuk memilih jenis lemak
yang ingin dikonsumsi. Tubuh menggabungkan lemak menjadi zat yang disebut
lipoprotein, yang mengandung kolesterol dan protein . Ada tiga jenis penting
dari lipoprotein : high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein
(LDL) , dan very low density lipoprotein (VLDL).
LDL
terdiri dari kolesterol dan diyakini
berkontribusi terhadap penyakit pembuluh darah. VLDL terdiri dari trigliserida
dan dapat berkontribusi untuk penyakit pembuluh tetapi tidak signifikan seperti
halnya LDL. HDL, yang disebut lemak sehat, terdiri dari protein yang muncul
untuk melindungi diri terhadap penyakit pembuluh darah . Beberapa orang yang
telah makan makanan kolesterol tinggi selama hidupnya akan susah untuk mengubah
kebiasaan makan mereka dengan bertambahnya usia mereka. Mereka mungkin merasa
sulit atau tidak suka untuk berbelanja dan menyiapkan makanan dengan cara baru.
Namun ada beberapa orang yang berhasil dapat mengubah diet mereka.
4.
Vitamin
a.
Vitamin yang larut dalam lemak :
Vitamin A :Ditemukan
pada susu, mentega, keju, hati, sayur-sayuran hijau dan kuning, dan buah.
Banyak orang tua mungkin kekurangan vitamin A karena
kondisi kronis yang mengganggu penyerapan lemak seperti penyakit kandung empedu
dan radang usus
Vitamin D : Ditemukan pada susu dan margarin, minyak
ikan kod, lemak ikan, dan telur
Vitamin D mendorong
penyerapan kalsium.
Vitamin E : Ditemukan pada jagung dan minyak
safflower, margarin, biji-bijian, kacang- kacangan, sayuran berdaun hijau.
Vitamin
E mendorong integritas sel darah merah
Vitamin K : Dapat ditemukan pada sayuran berdaun hijau
dan hati, sintesis bakteri di usus.
Vitamin K penting untuk pembentukan protrombin, yang
diperlukan untuk pembekuan darah.
b.
Vitamin yang larut dalam air :
Vitamin B1 : Ditemukan pada jeroan, kacang-kacangan, dan
biji-bijian.
Vitamin B1 penting untuk metabolisme karbohidrat
Vitamin B2 : Ditenukan pada susu, keju, telur, jeroan,
kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau.
Vitamin B2 penting untuk pemeliharaan jaringan dan produksi
air mata
Niacin
: Ditemukan pada daging tanpa
lemak, hati, biji-bijian, kacang-kacangan
Niacin penting untuk melepaskan energi dari lemak,
karbohidrat, dan protein
Vitamin B6 : Ditemukan pada biji-bijian, sayur-sayuran,
kacang-kacangan, daging dan pisang .
Vitamin B6 bertindak
dalam proses sintesis protein dan metabolisme asam amino, dapat berinteraksi
dengan levodopa oleh pasien dengan penyakit Parkinson
Asam folat : Ditemukan
pada gandum, kacang-kacangan, dan sayuran hijau
Asam folat penting dalam sintesis hemoglobin dan
metabolisme asam amino
Vitamin B12 : Ditemukan dalam otot dan daging, telur, kerang,
dan susu
Vitamin B12 dibutuhkan untuk pematangan sel darah
merah.Kekurangan umumnya terlihat dengan defisiensi asam folat.
Vitamin C : Ditemukan
pada buah jeruk, tomat, kubis, melon, stramberry, paprika hijau sayuran berdaun hijau
Vitamin C penting penting dalam pembentukan dan
pemeliharaan struktur kolagen jaringan
ikat, mendorong penyembuhan dan elastisitas dinding kapiler
5.
Air
Sekitar 60% dari rata-rata tubuh orang dewasa terdiri
dari air.Laki-laki dewasa memiliki cairan tubuh yang sedikit lebih banyak dari
perempuan.Lansia biasanya memiliki cairan tubuh yang kurang dibandingkan orang
dewasa muda. Jumlah total cairan tubuh berkurang sekitar 8% pada lansia. Jumlah
air dalam aliran darah tetap relatif konstan, tetapi orang dewasa yang lebih
tua cenderung memiliki cairan kurang dalam ruang intraseluler dan interstitial
daripada orang yang lebih muda.hasil penurunan cairan hilangnya turgor kulit
dan menyebabkan penampilan keriput yang umum dengan penuaan. cairan menurun
meningkatkan risiko ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi. kebanyakan
orang dewasa membutuhkan 2.000-3.000 ml cairan setiap hari. Lebih banyak
konsumsen yang mengonsumsi air dalam bentuk teh, kopi, dan jus.
Air biasanya dikeluarkan melalui, keringat, pernapasan,
dan defekasi.Kehilangan cairan yang abnormal biasanya terjadi pada diare,
muntah, diaphoresis, penyedotan lambung, dan drainase luka, mineral penting
sering hilang bersama dengan air. Jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh harus
seimbang dengan jumlah dieliminasi dari
tubuh, ini mengacu pada keseimbangan sebagai cairan.
Faktor Yang Mempengaruhi
Kebutuhan Gizi Lanjut Usia
1.
Berkurangnya kemampuan mencerna makanan ( akibat kerusakan gigi/ ompong)
2.
Berkurangnya cita rasa
3.
Berkurangnya koordinasi otot
4.
Keadaan fisik yang kurang baik
5.
Faktor ekonomi dan social
6.
Faktor penyerapan makanan ( daya absorpsosi )
7.
Berat badan (lemak tubuh) cenderung meningkat dengan bertambahnya usia,
sedangkan sel-sel lemak mengandung sedikit air, sehingga komposisi air dalam
tubuh lansia kurang dari manusia dewasa yang lebih muda atau anak-anak dan bayi
8.
Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia. Terjadi penurunan kemampuan
untuk memekatkan urin, mengakibatkan kehilangan air yang lebih tinggi.
9.
Terdapat penurunan asam lambung, yang dapat mempengaruhi individu untuk
mentoleransi makanan-makanan tertentu. Lansia terutama rentan terhadap
konstipasi karena penurunan pergerakan usus. Masukan cairan yang terbatas,
pantangan diit, dan penurunan aktivitas fisik dapat menunjang perkembangan
konstipasi. Penggunaan laksatif yang berlebihan atau tidak tepat dapat mengarah
pada masalah diare.
10.
Lansia mempunyai pusat haus yang kurang sensitif dan mungkin mempunyai
masalah dalam mendapatkan cairan ( misalnya gangguan dalam berjalan ) atau
mengungkapkan keinginan untuk minum (misalnya pasien stroke).
Hal-Hal Yang Perlu
Diperhatikan Dalam Pengkajian Nutrisi Pada Lansia
1.
Memastikan asupan kalsium yang adekuat
a.
Kalsium terdapat di produk susu, tahu, sayuran hijau, tiram, salmon dan
sarden sangat penting untuk mepertahankan densital tulang dan mencegah
osteoporosis.
b.
Anjurkan pasien untuk makan makanan yang mangandung kalsium setiap harinya.
c.
Serat yang adekuat penting dalam meningkatkan defekasi teratur dan dapat
mencegah kanker colon. Sumber serat yang baik bagi tubuh pada sereal gandum
utuh dan roti, buah dengan kulit, sayuran, kacang-kacangan. Makana inangat
bauik dikonsumsi setipa harinya
2.
Mencegah interaksi obat dengan makanan
Obat dapat mempengaruhui status nitrisi pasiendengan cara merubah absorbs
nutrisi,metabolism, pemakaina atau sekresi. Demekian juga berbagai makanan,
minuman dan suplemen mineral atau vitamin dapat mempengaruhi absorbs dan
keefektifan obat-obatan. Interaksi ini harus diperhatikan ketika melakukan
evaluasi regimen pengobatan pada pasien.
Masalah Gizi Pada Lansia
1.
Gizi berlebih
Gizi berlebih pada
lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.Kebiasaan
makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada
lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas
fisik.Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi
makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya :
penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2.
Gizi kurang
Gizi kurang sering
disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan
penyakit.Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertaidengan kekurangan
protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidakdapat diperbaiki,
akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,kemungkinan akan
mudah terkena infeksi.
3.
Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan
sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengankekurangan protein dalam
makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatanmenurun, kulit kering,
penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
Pemantauan Status
Nutrisi
1.
Penimbangan Berat Badan
a.
Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali,
waspadaipeningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan
BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan
danpenurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekuranganberat
badan.
b.
Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan
ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita
dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm,
digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB
dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal
artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari
ideal artinya gizi kurang
2.
Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang,
kurangbersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman,
kesulitanmengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk
menyiapkanmakanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan,
nafsumakan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena
halini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi
lebihmudah sakit dan tidak bersemangat.
3.
Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar
matahari,jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D
yangbanyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.
4. Pengkajian dengan Alat Penapisan Gizi ( screening Gizi), suatu
sistem pengkajian nutrisi untuk mendeteksi secara Dini perseorangan atau
kelompok yang memiliki resiko terkenan malnutrisi sehingga dapat diberikan
intervensi yang cepat dan dalam skkala yang besar (Gibson: 2005)
Pernyataan pengkajian nutrisi
|
Ya
|
Saya memiliki penyakit atau kondisi yang membuat
saya mengubah jenis atau jumlah makanan yang saya makan
|
|
Saya makan kurang dari dua kali perhari
|
|
Saya makan sedikit buah-buahan, sayur-sayuran,
atau produk susu
|
|
Say minim bir, minuman keras, atau anggur lebih
dari 3 kali atau lebih hampir setiap hari
|
|
Saya memilliki masalah gigi atau mulut yang
membuat saya sulit untuk makan
|
|
Saya tidak selalu memiliki uang yang cukup untuk
membeli makanan yang saya perlukan
|
|
Saya makan sendirian hampir setiap hari
|
|
Saya menggunakan tiga atau lebih obat-obatan yang
diresepkan atau yang dibeli bebas dalam waktu 1 hari
|
|
Tanpa saya inginkan, saya telah kehilangan atau
bertambah berat badan sebanyak 5 kilo dalam waktu 6 bulan terakhir
|
|
Saya tidak selalu mampu secara fisik untuk
belanja, masak, atau makan sendiri
|
|
Total
|
|
Hasil:
·
Jika nilai anda 0-2
: bagus, periksa kembali nilai total
nutrisi dalam waktu 6 bulan
·
Jika nilai anda 3-5
: berada pada resiko nutrisi tingkat
sedang. Lihat apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebiasaan makan
dan gaya hidup. Periksa kembali nilai dalam waktu 3 bulan
·
Jika nilai anda 6
atau lebih : Berisiko tinggi kekurangan
nutrisi. Bawa daftar ini kepada dokter, praktisi keperawatan atau perawat
kesehatan rumah anda. Minta bantuaan untuk meningkatkan kesehatan nutrisi.
b.
Cairan
Manusia perlu minum
untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitas.Air sangat
besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh,
mencegah timbulnya berbagai penyakit disaluran kemih seperti kencing batu, batu
ginjal, dll.Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan sendi. Manfaat lain
dari minum air putih adalah mencegah sembelit karena untuk mengolah makanan
dalam usus sangat dibutuhkan air, tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus
tidak dapat maksimal dan timbullah sembelit. Air mineral atau air putih lebih
baik daripada kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup dan
dianjurkan minimal kita minum air putih 1.5 sampai dengan 2 liter/hari. Minuman
seperti kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup bahkan tidak
baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang
mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti kencing manis, darah tinggi,
obesitas, dan jantung.
Hal yang harus
diperhatikan :
Mencegah
dehidrasi
a.
Nasehati pasien untuk mengurngi munuman yang mengandung alcohol dan kafein
b.
Pantau asupan dan keluaran, pastikan asupan cairan minimal 1500 ml/oral dan
haluaran urine sampai 1500 ml/24 jam.
c.
Mengkaji turgor kulit dan membrane mukosa
d.
Mengkaji TTV dan hasil laboratorium
e.
Menimbang berat bdan pasien pada waktu yang sama setiapa harinya
f.
Jika pasien tidak dapat menerima cairan secara per oral maka programkan
pasien untukmendapatkancairan melalui IV
Pemantauan Status Cairan Pada Lansia
1.
Tanda-tanda kekurangan cairan
a.
Tanda – tanda vital
·
Terjadi peningkatan suhu tubuh
·
Dapat terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman pernafasan
(normal : 14 – 20 x/mnt)
·
Peningkatan frek. denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah, halus
·
Tekanan darah menurun
b.
Pemeriksaan Fisik :
·
Kulit kering dan agak kemerahan
·
Lidah kering dan kasar
·
Mata cekung
·
Penurunan BB yang terjadi scr tiba2/drastic
·
Turgor kulit menurun (Lansia kurang akurat)
c.
Perilaku :
o Penurunan kesadaran
o Gelisah
o Lemah
o Pusing
o Tidak nafsu makan
o Mual dan muntah
o Kehausan (pada lansia
kurang signifikan)
d.
Terjadi penurunan jumlah urin
2.
Tanda-tanda kelebihan cairan
a.
Tanda –tanda vital
o Terjadi penurunan suhu
tubuh
o Dapat terjadi sesak
nafas
o Denyut nadi teraba kuat
dan frekuensinya meningkat
o Tekanan darah meningkat
b.
Pemeriksaan fisik :
o Turgor kulit meningkat
(lansia kurang akurat)
o Edema
o Peningkatan BB secara
tiba-tiba
o Kulit lembab
c.
Perilaku :
o Pusing
o Anoreksia / tidak nafsu
makan
o mual muntah
d.
Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih baik)
D.
Gangguan Sistem
Pencernaan Pada Lansia
1.
Dispagia
Dispagia adalah kesulitan menelan akibat
beberapa penyebab yaitu gangguan neuromuscular (misalnya stroke, multiple
sclerosis dan penyakit parkinson), gangguan struktur kerongkongan ( misalnya
tumor, divertikula, dan striktur), gangguan pembuluh darah (misalnya aneurismia
aorta), radang tenggorokan (infeksi sekunder dan obat ) tumor leher dan tiroid
(Micley,Stanley:2005)
Dispagia di kelompokan menjadi 2 bagian yaitu
dispagia orofaringeal dan esophagus. Dispagia orofaringeal memiliki tanda
seperti kesulitan menelan dan transfer makan cepat pada spinter esophagus
bagian atas. Dispagia esophagus merupakan hasil aktivitas peristaltic esophagus
yang teratur dan obstruksi spinter esophagus bagian bawah.Dispagia terjadi
setelah menelan, di ikuti batuk dan tersedak.Kelaparan, dehidrasi, dan aspirasi
pneumonia merupakan akibat dari dispagia.
Tanda dan gejala dispagia biasanya di tandai
dengan adanya keluhan menelan, sering tersedak, perubahan suara, pneumonia
berulang, nyeri ulu hati, air liur, kelemahan otot atau massa di tenggorokan,
napas tidak normal terdengar suara sekunder pneumonia/ pneumonitis, abnormal
sualar vascular (bising) dapat dikaitkan adanya dispagia.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1.
Anjurkan klien untuk sering
mengkonsumsi makanan untuk mengurangi
perut kembung
2.
Meningkatkan asupan cairan
saat makan ( memfasilitasi transfer bolus dari mulut ke kerongkongan )
3.
Anjurkan klien untuk
menghidari berbaring setelah makan ( agar tidak terjadi refluks karena dapat
mengiritasi esophagus bawah)
4.
Pantau efek samping obat
yang dikonsumsi klien ( obat obat anti inflamasi nonsteroid dan antibiotik
tertentu dapat mengiritasi kerongkongan )
5.
Perhatikan keadaan organ
hati klien untuk menentukan respon klien terhadap dispagia
6.
Amati klien pada saat
makan
7.
Perhatikan bagaiman klien
mengelola cairan dan makanan dari konsistensi yang berbeda
8.
Kaji kemampuan produksi
air liur klien
9.
Amati penurunan berat
badan dan tanda-tanda dehidrasi
10. Perhatikan pola bicara dan kelainan nada hypernasa.
2.
Gangguan usus kecil
Gangguan paling umum dari usus kecil pada
lansia adalah penyerapan makanan yang buruk ( malabsorpsi ). Malabsorpsi di
sebabkan kurangnya sekresi asam lambung,
penggunaan antasida jangka panjang, dan obat –obatan antikolinergik dan narkotik dapat
meningkatkan pertumbuhan bakteri (Micley,Stanley:2005)
Malabsorpsi pada lansia mungkin akan
mengakibatkan inskemia , Ketika aliran darah ke usus terganggu, efisiensi usus
yang berkurang, sehingga menyebabkan malabsorpsi. Kontaminasi usus halus oleh
bakteri perut (sindrom blind loop) juga dapat menyebabkan malabsorpsi.Bakteri
menyerang empedu, merusak fungsi penyerapan lemak.malabsorpsi paling sering
dihubungkan dengan usus kecil dan stasis setelah gastrektomi parsial.
Tanda dan gejala malabsorpsi :
1.
Peradangan usus
2. Diare
3. Sakit perut
4. Perdarahan anus
5. Kurus, membrane mukosa pucat dan turgor kulit kering
6. DemamTekanan darah rendah
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh
perawat yaitu :
1.
Kaji penggunaan antasida
yang berlebihan
2.
Anjarkan klien untuk
memilih makan yang harus dihindari seperti susu dan produk susu
3.
Diskusikan dengan anggota
keluarga untuk memberikan dorongan makan makanan sehat bagi klien
4.
Anjurkan keluarga klien
untuk memberikan makanan yang mudah dicerna
5.
Kaji pola eliminasi dan
asupan makanan
6.
Kaji tanda-tanda dan
gejala dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
7.
Kaji diet yang pernah
dilakukan sebelumnya
3.
Gangguan Usus Besar
Penyakit yang terdapat pada usus besar adalah
penyakit divertikular, kanker, sembelit, dan diare.
a.
Penyakit diverticular
Penyakit diverticular merupakan kekuatan
mukosa kolon dalam menanggapi peningkatan tekanan intrluminal. Penyakit
divertikular di sebabkan oleh makanan yang diproses, obesitas dan diet rendah
serat.
Tanda dan gejala penyakit divertikular tidak
menunjukan gelaja tetapi beberapa orang akan mengalami sembelit, kembung,
ketidaknyamanan dan distensi perut. Komplikasi dari diverculosis muncul ketika
ada imflammations akut (diverticulitis, pecahnya satu atau lebih divertikula),
perdarahan, atau obstruksi.Divertikulitis terjadi ketika ada microforporation
dan kebocoran isi usus ke dalam jaringan sekitarnya yang menyebabkan
peradangan.pasien akan mengalami rasa sakit, nyeri perut, demam, dan massa teraba.
Ketika divertikulum pecah merupakan sebuah
ancaman maka dilakukan kolostomi.Pada lansia penyakit divertikulum/ obstruksi
usus adalah penyebab kematian terbanyak pada lansia.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut ;
1. Berikan pendidikan kesehatan mengenai tanda-tanda kanker
usus besar dan faktor resiko
2.
Kaji kebiasaan buang air
besar, pola makan dan rasa sakit
3.
Kaji cairan dan elektrolit
yang hilang
b.
Sembelit
Masalah umum yang disebabkan kurang aktivitas dan diet
rendah serat.
Lansia mengalami sembelit karena penurunan sensasi saraf,
pengosongan usus, dan gagal menerima sinyal defekasi.Penurunan frekuensi BAB
berkepanjangan.
Pencegahan yang dapat dilakukan :
1.
Berikan penkes mengenai
eliminasi dan cara mengurangi sembelit
2.
Berikan asupan cairan yang
cukup
3.
Anjurkan untuk rajin olahraga
4.
Tentukan jenis sembelit
melalui usus
5.
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang menakibatkan pasien pada risiko tinggi untuk sembelit
6.
Isolasi dan memodifikasi
elemen yang berpengaruh pada masalah sembelit
E.
Pengkajian Kasus Cairan
Dan Nutrisi
Pengkajian
fisik pada lansia dengan gangguan nutrisi dan cairan
1.
Rongga
mulut
a.
Inspeksi
:apakah ada penanggalan gigi, stomatitis (sariawan), lesi di sekitar mulut,
karies gigi.: kerusakan gigi, sariawan,
lesi dapat mengurangi kemampuan lansia mencerna makanan.
2.
Mata
a.
Inspeksi
: Konjungtiva : anemisatautidak
3.
Abdomen
a.
Inspeksi :Dilihat kesimetrisan perut apakah ada scar, colostomy, ataupun kelainan lainnya.
b.
Auskultasi
:dilakukan pemeriksaan bising usus di sekitar umbilicus dengan bising usus
normal 8-12x/menit. sehingga dapat diberikan intervensi dengan cepat dalam
skala yang besar
c.
Palpasi
:dilakukan perabaan apakah ada massa, nyeri tekan.
d.
Perkusi
:untuk mengetahui apakah ada cairan atau massa di dalam rongga perut.
e.
Mengukur
tinggi dan berat badan dan memebandingkan dengan tabel standar
f.
Menghitung
indeks massa tubuh
g.
Mengukur
ketebalan lipatan kulit
h.
Mengukur
lingkar lengan atas
Pemeriksaan Tambahan:
1.
Foto
Rontgen: menentukan densitas tulang, keadaan jantung, paru dan kelainanan
sistem saluran pencernaan
2.
Pemeriksaan
hitung jenis sel darah lengkap, pemeriksaan darah dan urin untuk mengukur kadar
vitamin, mineral dan limbah metabolik seperti urea
3.
Pengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia
Pemeriksaan penunjang lainnya
terkait pemeriksaan status nutrisi dan cairan yakni pemeriksaan antropometrik.
Pemeriksaan atau pengukuran antropometrik (pengukuran ukuran, berat badan, dan
proporsi tubuh) mengevaluasi keseimbangan pengeluaran kalori-energi klien,
massa otot, lemak tubuh, dan penyimpanan protein berdasarkan tinggi, berat,
lipatan kulit (skinfold), dan limb and
girth circumferences (Delaune & Ladner, 2002).
a) Body mass indexs
(BMI)
bertujuan untuk mengetahui berat badan seseorang sesuai dengan tinggi atau
tidak. Kalkulasi BMI ini dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:
BMI
= berat badan (Kg)
[tinggi badan (m)]2
Nilai standar untuk BMI pada lansia 65 tahun dan ke atas, yakni sebagai berikut:
·
BMI < 19: gizi kurang
·
BMI 19-21: gizi baik atau normal
·
BMI 21-23: gizi lebih
·
BMI > 23: obesitas
b) Pemeriksaan atau pengukuran skinfold. Pemeriksaan atau
pengukuran skinfold mengidentifikasi jumlah lemak tubuh (body fat) (Delaune
& Ladner, 2002). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper, mengukur
jaringan subkutan klien. Pengukuran dapat dilakukan dari trisep, subscapular,
bisep, dan suprailiac skinfolds.
c) Pengukuran mid-upper
arm circumference (MAC). MAC menunjukkan indeks dari massa otot skeletal
dan penyimpanan protein. Ketika pemeriksaan ini, instruksikan klien untuk
relaks dan fleksi pada forearm, dengan meteran ukur sirkumferen di midpoint
lengan atas.
d) Abdominal girth measurement. Abdominal girth measurement
menunjukkan indeks untuk mengetahui distensi abdominal meningkat, menurun, atau
masih sama. Gunakan pena untuk menandakan titik pada abdomen klien yang
mengalami distensi. Kemudian, menggunakan meteran, ukur sirkumferen abdomen.
e) Pengkajian biokimia turut sebagai elemen
variabel pengkajian status nutrisi dan cairan. Pengkajian ini mencakup
pemeriksaan kadar albumin, prealbumin, dan keseimbangan nitrogen (Burke &
Laramie, 2000). Selain itu, pemeriksaan kadar urea, kreatinin, sodium,
osmolalitas dan urin spesifik sebagai fokus indikator dehidrasi. Albumin adalah
carrier protein yang dibutuhkan untuk
menjaga tekanan onkotik (Burke & Laramie, 2000).
f) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks
massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator
atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur
lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT
berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh
seperti underwater weighing dan dual energy x-ray
absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al.,2002).
IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan (m)2
g)
Mengukur tinggi lutut
Pengertian Pengukuran Tinggi Lutut merupakan
pengukuran antropemetri yang baisanay digunakan sebagai pengukuran orang yang
usianya sudah tergolong lansia dengan unggungnya yang semakinlama mengalami
osteoporosis.
TB berdasarkan Tinggi Lutut (TL)
TB Pria = 64,19 - (0.40 + U) +
(2,02 x TL)
Keterangan :
U = Umur
F.
Diagnosa Yang Muncul Pada
Kasus Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi
1.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh (00002)
Batasan Karakteristik :
- BB 20% atau
lebih di bawah rentang BB ideal
- Bising usus
hiperaktif
- Cepat kenyang
setelah makan
- Diare
- Gangguan
sensasi rasa
- Kelemahan otot
pengunyah
NOC :
Nutritional status : Food and fluid intake:
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi klien
- Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
Nutritional status : Weight control:
- BB ideal sesuai dengan tinggi badan
- Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
NIC:
Nutrition Management:
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penberian
diit
- Kaji
adanya alergi makanan
- Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring:
- Monitor adanya penurunan BB
- Monitor lingkungan sekitar klien selama
makan
- Monitor kondisi mual muntah
- Berikan minuman jahe hangat untuk mengurangi mual muntah klien.
2.
Kekurangan volume cairan (00027)
Batasan
karakteristik :
-
Haus
-
Kelemahan
-
Kulit kering
-
Membran mukosa kering
-
Penurunn BB tiba tiba
-
Peningkatan konsentrasi urine
NOC:
Fluid balance
-
Mampu mempertahankan urine output sesuai
dengan usia dan BB
-
Hematokrit
dbn
-
TD, Nadi,
Suhu tubuh dbn
Status Hydration:
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Elastisitas turgor kulit baik
- Membran mukosa lembab
- Tak ada rasa haus yang berlebihan
NIC:
Fluid Management:
- Monitor vital sign
- Monitor status hidrasi (kelembaban membrane
mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik)
- Kolaborasi pemberian cairan Intra Vena
- Dorong masukan oral
3.
Defisit perawatan
diri : makan (000102)
Batasan Karakteristik :
-
ketidakmampuan
mengambil makanan dan memasukkan ke mulut
-
ketidakmampuan
mengunyah makanan
-
ketidakmampuan
menghaabiskan makanan
-
ketidakmampuan
memakan makanan dengan aman
NOC :
Activity Intolorence
Self Care Defisit Hygiene
Self Care Deficit Feeding
NIC :
Self Care Assistance : Feeding
-
Memonitor
kemampuan pasien untuk menelan
-
Identifikasi
diet yang diresepkan
-
Memonitor
status hidrasi pasien
-
Memantau
berat badan pasien yang sesuai
-
Memberikan
bantuan fisik sesuai kebutuhan klien
4.
Resiko Konstipasi
(00015)
Batasan Karakteristik :
-
Keletihan
umum
-
Tidak dapat
makan, mual
-
Kebiasaan
makan buruk
-
Perubahan
pola makan
NOC :
-
Bowel
Elimination
-
Hydration
NIC :
Constipation / impaction management :
-
Memonitor
tanda dan gejala konstipasi
-
Monitor
bising usus
-
Monitor feses
: frekuensi, konsistensi, dan volume
-
Identifikasi
factor penyebab dan kontribusi konstipasi
-
Dukung intake
cairan
-
Pantau
tanda-tanda dan gejala konstipasi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setiap
manusia yang berumur panjang pasti akan mengalami masa lansia dan itu alami.
Masalah keperawatan pada lansia khususnya masalah Nutrisi dan cairan terjadi
karna menurunya fungsi organ tubuh, sebagai perawat kita harus memahami tentang
asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah tersebut diatas agar kita dapat
memberikan asuhan keperawatan yang profesional sehingga derajat kesehatan para
lansia tercapai dengan optimal.
B.
Saran
Upaya kesehatan saat ini yang di tujukan kepada lansia
sangat di galakkan sesuai SDG’s, jangan sampai seorang perawat setelah lulus pendidikan tidak bisa
memberikan asuhan keperawatan pada lansia. Untuk itu kita harus terus menambah
informasi tentang perkembangan terbaru dalam pemberian asuhan keparawatan yang
mencakup pengkajian sampai dengan evaluasi serta kita harus memahami kebijakan
dan strategi dalam pelayanan kesehatan khususnya lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R. B. (2009).
Teori Proses Menua. Dalam : Martono H, Pranarka K (editor). Buku Ajar Boedhi- Darmojo Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI
Wold, Gloria (1999). Basic Geriatric Nursing ed.2. St.Louis :
Mosby
Stanley,Mickey dkk
(2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Edisi 2. Jakarta : EGC
Maryam,
Siti M, dkk. (2009). Mengenal Usia Lanjut
dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Walson, Roger (2003). Perawatan
pada Lansia. Jakarta : EGC
Nugroho, W (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik,
Edisi-3. Jakarta : EGC