Rabu, 26 Oktober 2016

KEBUTUHAN SEKSUAL PADA LANSIA

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Lanjut usia merupakan sebuah proses dan anugerah bagi manusia. Prosess penuaan  terdiri atas teori-teori tentang penuaan, aspek biologis pada proses menua, proses penuaan tingkat sel , tingkat penuaan menurut sistem tubuh, dan aspek psikologis pada penuaan.
Menjadi tua, dengan segenap keterbatasan, akan dialami oleh seseorang jika kita panjang umur. Seseorang dikatakan lanjut usia akan dilihat dari usia kronologis dan usia biologis (Setiawan 2002 dalam Taher : Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan 2009) dengan seiring bertambahnya usia maka seorang lansia akan mengalami masalah masalah kesehatan akibat dari proses penuaan.
Secara umum , telah di identifikasi bahwa lanjut usia pada umumnya mengalami berbagai gejala akibat terjadinya penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Gejala akibat terjadinya penurunan fungsi biologis khususnya organ pencernaan pada lanjut usia diantaranya akan terjadi gangguan pemenuhan nutrisi (Taher, 2009)
Seorang perawat memiliki peran dan fungsinya diantaranya fungsi sebagai pemberi asuhan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatn yang menyeluruh, perawat harus memahami tentang perubahan yang dialami seorang lanjut usia, mampu melakukan pengkajian, menegakan diagnosa, merencanakan, dan melakukan evaluasi keperawan dengan baik pada lanjut usia yang mengalami gangguan nutrisi dan cairan.

B.     Tujuan
1.         Tujuan Umum
Perawat memahami perubahan teori terkait perubahan seksual lansia dan mampu melakukan asuhan keperawatan  pada masalah gangguan nutrisi dan cairan masa usia lanjut secara menyeluruh.
2.         Tujuan Khusus
a.    Perawat mengetahui teori terkait perubahan nutrisi dan cairan  lansia
b.    Perawat mengetahui gangguan nuutrisi dan cairan pada masa usia lanjut
c.    Perawat mampu melakuakan pengkajian keperawatan masalah nutrisi dan cairan pada masa usia lanjut
d.   Perawat mampu menegakkan diagnosa keperawatan masalah nutrisi dan cairan pada masa usia lanjut
e.    Perawat mampu melakuakan perencanaan keperawatan masalah nurtisi dan cairan pada masa usia lanjut
f.     Perawat mampu melakuakan perencanaan  keperawatan masalah nutrisi dan cairan pada masa usia lanjut sesuai hasil yang diharapkan.

  
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      Teori Penuaan Berdasarkan Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi Pada Lansia
Proses menua adalah suatu tahapan hilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi yang normal. Proses menua merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus dan alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu berbeda kecepatannya. Menua bukanlah status penyakit yang terdapat pada diri seseorang tetapi menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Ada beberapa macam teori proses penuaan terkait kebutuhan nutrisi dan cairan yaitu  :
a)         Teori penurunan sistem imun tubuh, mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenalinya sehingga merusaknya, hal ini di dasari oleh peningkatan penyakit auto imun pada lanjut usia (Nugroho, 2008).
b)        Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori ini dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernafasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom molekul yang tidak stabil karena mempunyai electron yang tidak berpasangan sehingga sangat efektif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh (Nugroho, 2008).
c)         Teori menua akibat metabolisme, kurangnya asupan kalori dapat menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang meyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Nurgoho, 2008)
d)        Teori rantai silang, menua di sebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua (Nugroho, 2008).
e)         Teori fisiologis, teori ini merupakan teori instrinsik dan ekstrinsik.  Terdiri atas teori oksidasi stress. Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai ( regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).

B.       Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal Akibat Penuaan

Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam saluran gastrointestinal dalam beberapa derajat. Namun karena luasnya persoalan fisiologis pada system gastrointestinal hanya sedikit masalah-masalah yang berkaitan dengan usia yang dilihat dalam kesehatan lansia. Banyak masalah-masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia lebih erat dihubungkan dengan gaya hidup mereka.
1.        Rongga mulut
Penampilan fisik, kemampuan berkomunikasi dan asupan nutrisi ditingkatkan oleh bersiham mukosa mulut dan keutuhan gigi. Walaupun tanggalnya gigi bukan suatu konsekuensi dasar dari proses penuaan, banyak lansia mengalami penanggalan gigi sebagai akibat dari hilangnya tulang penyokong pada permukaan periosteal dan periodontal. Mukosa mulut tampak merah dan mengkilat pada lansia karena adanya atrofi.Bibir dan gusi tampak tipis karena epithelium telah meyusut dan menjadi lebih mengandung keratin. Aliran air liur tetap normal pada lansia yang sehat dan tidak mendapatkan pengobatan yang akan dapat menyebabkan mulut menjadi kering.
2.        Esofagus, lambung dan usus
Motilitas esophagus tetap normal meskipun esophagus mengalami sedikit dilatasi seiring penuaan.Sfingter esophagus bagian bawah (kardiak) kehilangan tonus. Reflex muntah pada lansia akan melemah. Kesulitan dalam mencerna makanan adalah akibat dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motilitas lambung. Atrofi mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi asam hidroklorit (hipoklohidria), dengan pengurangan absorbs zat besi, kalsium, dan vitamin B12. Motilitas gaster biasanya menurun dan melambatnya gerakan dari sebagian makanan yang dicerna keluar dari lambung terus melalui usus halus dan usu besar.
3.        Saluran empedu, hati, kandung empedu dan pancreas
Kapasitas fungsional hati dan pancreas dalam rentang normal karena adanya cadangan fisiologis dari hati dan pancreas. Setelah usia 70 tahun ukuran hati dan pancreas akan mengecil, terjadi penurunan kapasitas menyimpan dan kemampuan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan. Proses penuaan telah mengubah proporsi lemak empedu tanpa perubahan metabolism asam empedu yang signifikan. Factor ini mempengaruhi peningkatan sekresi kolesterol

C.      Perubahan Akibat Proses Penuaan Lansia Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Dan Cairan
a.      Nutrisi
Kebutuhan nutrisi lansia tidak sama dengan kebutuhan orang dewasa atau yang lebih muda. Pemahaman tentang kebutuhan nutrisi lansia sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik.Untuk menilai kecukupan nutrisi dan memilih intervensi yang baik, perawat harus memiliki pengetahuan tentang nutrisi dasar dan terapi diet (Gloria, World : 1999)
Penelitian telah menunjukkan mayoritas lansia di Amerika percaya bahwa nutrisi penting untuk kesehatan.Tapi mereka tidak selalu mengkonsumsi nutrisi yang baik.Informasi dari The National Council Aging mengungkapkan bahwa lansia memiliki resiko tinggi mengalami gizi buruk yang memberikan efek negatif pada kesehatan mereka.Perkiraan lansia yang menderita gizi buruk berkisar dari 15% menjadi 50% dengan resiko kekurangan gizi yang lebih tinggi. Data yang dikumpulkan dari the Elderly Nutrition Programs of the Older Americans mengungkapkan bahwa sekitar 75% dari lansia memiliki resiko sedang sampai tinggi untuk terkena gizi buruk.
Kebutuhan gizi klien lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh,mengatasi proses menua, dan memperlambatusia biologis. Kebutuhan kalori pada klien lanjut usia berkurang karena berkurangnya kalori dasar akibat kegiatan fisik. Kebutuhan kalori klien lanjut usia tidak melebihi 1700 kalori.

1.      Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kelompok famili dari zat gula dan pati.Karbohidrat terbagi menjadi dua jenis yaitu karbohidrat kompleks dan sederhana.Karbohidrat sederhana lebih mudah digunakan karena mereka memiliki ikatan yang lemah sehingga mudah untuk dipecah dan digunakan oleh tubuh.Karbohidrat tersebut misalnya gula, madu, sirup dan permen.Karbohidrat kompleks harus dipecah menjadi karbohidrat sederhana sebelum digunakan oleh tubuh.Pemecahan tersebut membutuhkan waktu dan energi.Contoh makanan yang mengandung karbohidrat komplek adalah sayuran, padi-padian dan buah. Makanan yang mengandung karbohidrat kompleks biasanya juga mengandung nutrisi yang lain seperti mineral dan vitamin yang lebih banyak dibandingkan pada makanan yang mengandung karbohidrat sederhana. Karbohidarat kompleks biasanya mengandung lebih banyak erat yang larut dalam air. Menurut The American Health Association merekomendasikan sekitar 55-60 % kalori dalam tubuh berasal dari karbohidrat kompleks. Rekomendasi lebih ditujukan untuk lansia (Gloria,World:1999)
Diet tinggi karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mengontrol terjadinya proses penyakit. Serat yang larut dalam karbohidrat dapat menyerap kolesterol jahat dalam darah yang membantu individu yang memiliki resiko penyakit arteri korener.Karbohidrat kompleks juga memiki peranan penting mengontrol diabetes karena efektivitasnya dalam menghasilkan energi tanpa menyebabkan peningkatan glukosa dalam darah.

2.      Protein
Protein terdiri dari asam amino yang penting untuk perbaikan jaringan. RDA protein untuk wanita diatas 50 tahun adalah 50 gram per hari, sedangkan untuk pria diatas 50 tahun, RDA proteinnya adalah 65 gram per hari. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan bahwa 10 % - 25 % wanita diatas 55 tahun mengonsumsi kurang dari setengah jumlah harian protein yang disarankan. Konsumsi protein pada lansia dapat dipengaruhi oleh banyak factor termasuk kemampuan untuk mendapatkan dan menyiapkan makanan, bahkan kemampuan untuk mengunyah makanan yang mengandung protein tinggi.
Beberapa makanan yang tinggi protein seperti steak, ham, jeroan, kuning telur, dan susu juga mengandung banyak lemak. Konsumsi protein dengan kandungan lemak tinggi yang berlebihan dapat meningkatkan kolesterol dalam darah dan trigliserida, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap pembentukan plak aterosklerotik dan perubahan dalam pembuluh darah.Oleh karena itu, banyak dokter dan ahli gizi merekomendasikan bahwa makanan protein dengan lemak tinggi perlu dibatasi.Orang yang melakukan diet lemak harus mengonsumsi protein rendah lemak seperti ikan dan unggas tanpa lemak serta protein dari sumber tanaman seperti kacang polong dan kacang-kacangan.

3. Lemak
               Lansia disarankan mengkonsumsi lemak sekitar 25 % sampai 30 % dari total asupan kalori harian. Saran ini berlaku untuk semua umur.Lemak diperlukan dalam diet untuk membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan memberikan jumlah yang cukup.Lemak dibutuhkan karena dapat memberikan rasa kenyang setelah makan.
               Ketika mempertimbangkan asupan lemak dalam makanan , penting untuk memilih jenis lemak yang ingin dikonsumsi. Tubuh menggabungkan lemak menjadi zat yang disebut lipoprotein, yang mengandung kolesterol dan protein . Ada tiga jenis penting dari lipoprotein : high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL) , dan very low density lipoprotein (VLDL).
               LDL terdiri  dari kolesterol dan diyakini berkontribusi terhadap penyakit pembuluh darah. VLDL terdiri dari trigliserida dan dapat berkontribusi untuk penyakit pembuluh tetapi tidak signifikan seperti halnya LDL. HDL, yang disebut lemak sehat, terdiri dari protein yang muncul untuk melindungi diri terhadap penyakit pembuluh darah . Beberapa orang yang telah makan makanan kolesterol tinggi selama hidupnya akan susah untuk mengubah kebiasaan makan mereka dengan bertambahnya usia mereka. Mereka mungkin merasa sulit atau tidak suka untuk berbelanja dan menyiapkan makanan dengan cara baru. Namun ada beberapa orang yang berhasil dapat mengubah diet mereka.
4.      Vitamin
a.       Vitamin yang larut dalam lemak :
Vitamin A :Ditemukan pada susu, mentega, keju, hati, sayur-sayuran hijau dan kuning, dan buah.
Banyak orang tua mungkin kekurangan vitamin A karena kondisi kronis yang mengganggu penyerapan lemak seperti penyakit kandung empedu dan radang usus
Vitamin D :     Ditemukan pada susu dan margarin, minyak ikan kod, lemak ikan, dan telur    
Vitamin D mendorong penyerapan kalsium.
Vitamin E :      Ditemukan pada jagung dan minyak safflower, margarin, biji-bijian, kacang- kacangan, sayuran berdaun hijau.
                                                Vitamin E mendorong integritas sel darah merah
Vitamin K :     Dapat ditemukan pada sayuran berdaun hijau dan hati, sintesis bakteri di usus.
Vitamin K penting untuk pembentukan protrombin, yang diperlukan untuk pembekuan darah.

b.      Vitamin yang larut dalam air :
Vitamin B1 :   Ditemukan pada jeroan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Vitamin B1 penting untuk metabolisme karbohidrat
Vitamin B2 :   Ditenukan pada susu, keju, telur, jeroan, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau.
Vitamin B2 penting untuk pemeliharaan jaringan dan produksi air mata
 Niacin       :     Ditemukan pada daging tanpa lemak, hati, biji-bijian, kacang-kacangan
Niacin penting untuk melepaskan energi dari lemak, karbohidrat, dan protein
Vitamin B6 :   Ditemukan pada biji-bijian, sayur-sayuran, kacang-kacangan, daging dan pisang .
Vitamin B6 bertindak dalam proses sintesis protein dan metabolisme asam amino, dapat berinteraksi dengan levodopa oleh pasien dengan penyakit Parkinson
Asam folat  :   Ditemukan pada gandum, kacang-kacangan, dan sayuran hijau
Asam folat penting dalam sintesis hemoglobin dan metabolisme asam amino
Vitamin B12 : Ditemukan dalam otot dan daging, telur, kerang, dan susu
Vitamin B12 dibutuhkan untuk pematangan sel darah merah.Kekurangan umumnya terlihat dengan defisiensi asam folat.
Vitamin C     :       Ditemukan pada buah jeruk, tomat, kubis, melon, stramberry, paprika  hijau sayuran berdaun hijau
Vitamin C penting penting dalam pembentukan dan pemeliharaan struktur kolagen  jaringan ikat, mendorong penyembuhan dan elastisitas dinding kapiler
5.      Air
Sekitar 60% dari rata-rata tubuh orang dewasa terdiri dari air.Laki-laki dewasa memiliki cairan tubuh yang sedikit lebih banyak dari perempuan.Lansia biasanya memiliki cairan tubuh yang kurang dibandingkan orang dewasa muda. Jumlah total cairan tubuh berkurang sekitar 8% pada lansia. Jumlah air dalam aliran darah tetap relatif konstan, tetapi orang dewasa yang lebih tua cenderung memiliki cairan kurang dalam ruang intraseluler dan interstitial daripada orang yang lebih muda.hasil penurunan cairan hilangnya turgor kulit dan menyebabkan penampilan keriput yang umum dengan penuaan. cairan menurun meningkatkan risiko ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi. kebanyakan orang dewasa membutuhkan 2.000-3.000 ml cairan setiap hari. Lebih banyak konsumsen yang mengonsumsi air dalam bentuk teh, kopi, dan jus.
Air biasanya dikeluarkan melalui, keringat, pernapasan, dan defekasi.Kehilangan cairan yang abnormal biasanya terjadi pada diare, muntah, diaphoresis, penyedotan lambung, dan drainase luka, mineral penting sering hilang bersama dengan air. Jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh harus seimbang dengan jumlah dieliminasi  dari tubuh, ini mengacu pada keseimbangan sebagai cairan.

Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Lanjut Usia
1.      Berkurangnya kemampuan mencerna makanan ( akibat kerusakan gigi/ ompong)
2.      Berkurangnya cita rasa
3.      Berkurangnya koordinasi otot
4.      Keadaan fisik yang kurang baik
5.      Faktor ekonomi dan social
6.      Faktor penyerapan makanan ( daya absorpsosi )
7.      Berat badan (lemak tubuh) cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, sedangkan sel-sel lemak mengandung sedikit air, sehingga komposisi air dalam tubuh lansia kurang dari manusia dewasa yang lebih muda atau anak-anak dan bayi
8.      Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia. Terjadi penurunan kemampuan untuk memekatkan urin, mengakibatkan kehilangan air yang lebih tinggi.
9.      Terdapat penurunan asam lambung, yang dapat mempengaruhi individu untuk mentoleransi makanan-makanan tertentu. Lansia terutama rentan terhadap konstipasi karena penurunan pergerakan usus. Masukan cairan yang terbatas, pantangan diit, dan penurunan aktivitas fisik dapat menunjang perkembangan konstipasi. Penggunaan laksatif yang berlebihan atau tidak tepat dapat mengarah pada masalah diare.
10.  Lansia mempunyai pusat haus yang kurang sensitif dan mungkin mempunyai masalah dalam mendapatkan cairan ( misalnya gangguan dalam berjalan ) atau mengungkapkan keinginan untuk minum (misalnya pasien stroke).

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengkajian Nutrisi Pada Lansia
1.      Memastikan asupan kalsium yang adekuat
a.    Kalsium terdapat di produk susu, tahu, sayuran hijau, tiram, salmon dan sarden sangat penting untuk mepertahankan densital tulang dan mencegah osteoporosis.
b.    Anjurkan pasien untuk makan makanan yang mangandung kalsium setiap harinya.
c.    Serat yang adekuat penting dalam meningkatkan defekasi teratur dan dapat mencegah kanker colon. Sumber serat yang baik bagi tubuh pada sereal gandum utuh dan roti, buah dengan kulit, sayuran, kacang-kacangan. Makana inangat bauik dikonsumsi setipa harinya
2.      Mencegah interaksi obat dengan makanan
Obat dapat mempengaruhui status nitrisi pasiendengan cara merubah absorbs nutrisi,metabolism, pemakaina atau sekresi. Demekian juga berbagai makanan, minuman dan suplemen mineral atau vitamin dapat mempengaruhi absorbs dan keefektifan obat-obatan. Interaksi ini harus diperhatikan ketika melakukan evaluasi regimen pengobatan pada pasien.


Masalah Gizi Pada Lansia
1.    Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik.Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2.    Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit.Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertaidengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidakdapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3.    Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengankekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatanmenurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

Pemantauan Status Nutrisi

1.    Penimbangan Berat Badan
a.       Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadaipeningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan danpenurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekuranganberat badan.

b.      Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
2.    Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurangbersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitanmengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkanmakanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsumakan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena halini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebihmudah sakit dan tidak bersemangat.
3.    Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari,jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yangbanyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.
4.    Pengkajian dengan Alat Penapisan Gizi ( screening Gizi), suatu sistem pengkajian nutrisi untuk mendeteksi secara Dini perseorangan atau kelompok yang memiliki resiko terkenan malnutrisi sehingga dapat diberikan intervensi yang cepat dan dalam skkala yang besar (Gibson: 2005)
Pernyataan pengkajian nutrisi
Ya
Saya memiliki penyakit atau kondisi yang membuat saya mengubah jenis atau jumlah makanan yang saya makan
Saya makan kurang dari dua kali perhari
Saya makan sedikit buah-buahan, sayur-sayuran, atau produk susu
Say minim bir, minuman keras, atau anggur lebih dari 3 kali atau lebih hampir setiap hari
Saya memilliki masalah gigi atau mulut yang membuat saya sulit untuk makan
Saya tidak selalu memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan yang saya perlukan
Saya makan sendirian hampir setiap hari
Saya menggunakan tiga atau lebih obat-obatan yang diresepkan atau yang dibeli bebas dalam waktu 1 hari
Tanpa saya inginkan, saya telah kehilangan atau bertambah berat badan sebanyak 5 kilo dalam waktu 6 bulan terakhir
Saya tidak selalu mampu secara fisik untuk belanja, masak, atau makan sendiri
Total


Hasil:
·      Jika nilai anda 0-2 : bagus, periksa kembali nilai total nutrisi dalam waktu 6 bulan
·      Jika nilai anda 3-5 : berada pada resiko nutrisi tingkat sedang. Lihat apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebiasaan makan dan gaya hidup. Periksa kembali nilai dalam waktu 3 bulan
·      Jika nilai anda 6 atau lebih : Berisiko tinggi kekurangan nutrisi. Bawa daftar ini kepada dokter, praktisi keperawatan atau perawat kesehatan rumah anda. Minta bantuaan untuk meningkatkan kesehatan nutrisi.

b.      Cairan
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitas.Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit disaluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal, dll.Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan sendi. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit karena untuk mengolah makanan dalam usus sangat dibutuhkan air, tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal dan timbullah sembelit. Air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup dan dianjurkan minimal kita minum air putih 1.5 sampai dengan 2 liter/hari. Minuman seperti kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup bahkan tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti kencing manis, darah tinggi, obesitas, dan jantung.


Hal yang harus diperhatikan :
Mencegah dehidrasi
a.    Nasehati pasien untuk mengurngi munuman yang mengandung alcohol dan kafein
b.    Pantau asupan dan keluaran, pastikan asupan cairan minimal 1500 ml/oral dan haluaran urine sampai 1500 ml/24 jam.
c.    Mengkaji turgor kulit dan membrane mukosa
d.   Mengkaji TTV dan hasil laboratorium
e.    Menimbang berat bdan pasien pada waktu yang sama setiapa harinya
f.     Jika pasien tidak dapat menerima cairan secara per oral maka programkan pasien untukmendapatkancairan melalui IV
Pemantauan Status Cairan Pada Lansia
1.    Tanda-tanda kekurangan cairan
a.    Tanda – tanda vital
·      Terjadi peningkatan suhu tubuh
·      Dapat terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman pernafasan (normal : 14 – 20 x/mnt)
·      Peningkatan frek. denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah, halus
·      Tekanan darah menurun
b.    Pemeriksaan Fisik :
·      Kulit kering dan agak kemerahan
·      Lidah kering dan kasar
·      Mata cekung
·      Penurunan BB yang terjadi scr tiba2/drastic
·      Turgor kulit menurun (Lansia kurang akurat)
c.    Perilaku :
o  Penurunan kesadaran
o  Gelisah
o  Lemah
o  Pusing
o  Tidak nafsu makan
o  Mual dan muntah
o  Kehausan (pada lansia kurang signifikan)
d.   Terjadi penurunan jumlah urin
2.    Tanda-tanda kelebihan cairan
a.    Tanda –tanda vital
o  Terjadi penurunan suhu tubuh
o  Dapat terjadi sesak nafas
o  Denyut nadi teraba kuat dan frekuensinya meningkat
o  Tekanan darah meningkat
b.    Pemeriksaan fisik :
o  Turgor kulit meningkat (lansia kurang akurat)
o  Edema
o  Peningkatan BB secara tiba-tiba
o  Kulit lembab
c.    Perilaku :
o  Pusing
o  Anoreksia / tidak nafsu makan
o  mual muntah
d.   Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih baik)

D.      Gangguan Sistem Pencernaan Pada Lansia
1.      Dispagia
Dispagia adalah kesulitan menelan akibat beberapa penyebab yaitu gangguan neuromuscular (misalnya stroke, multiple sclerosis dan penyakit parkinson), gangguan struktur kerongkongan ( misalnya tumor, divertikula, dan striktur), gangguan pembuluh darah (misalnya aneurismia aorta), radang tenggorokan (infeksi sekunder dan obat ) tumor leher dan tiroid (Micley,Stanley:2005)
Dispagia di kelompokan menjadi 2 bagian yaitu dispagia orofaringeal dan esophagus. Dispagia orofaringeal memiliki tanda seperti kesulitan menelan dan transfer makan cepat pada spinter esophagus bagian atas. Dispagia esophagus merupakan hasil aktivitas peristaltic esophagus yang teratur dan obstruksi spinter esophagus bagian bawah.Dispagia terjadi setelah menelan, di ikuti batuk dan tersedak.Kelaparan, dehidrasi, dan aspirasi pneumonia merupakan akibat dari dispagia.
Tanda dan gejala dispagia biasanya di tandai dengan adanya keluhan menelan, sering tersedak, perubahan suara, pneumonia berulang, nyeri ulu hati, air liur, kelemahan otot atau massa di tenggorokan, napas tidak normal terdengar suara sekunder pneumonia/ pneumonitis, abnormal sualar vascular (bising) dapat dikaitkan adanya dispagia.
            Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1.      Anjurkan klien untuk sering mengkonsumsi makanan  untuk mengurangi perut kembung
2.      Meningkatkan asupan cairan saat makan ( memfasilitasi transfer bolus dari mulut ke kerongkongan )
3.      Anjurkan klien untuk menghidari berbaring setelah makan ( agar tidak terjadi refluks karena dapat mengiritasi esophagus bawah)
4.      Pantau efek samping obat yang dikonsumsi klien ( obat obat anti inflamasi nonsteroid dan antibiotik tertentu dapat mengiritasi kerongkongan )
5.      Perhatikan keadaan organ hati klien untuk menentukan respon klien terhadap dispagia
6.      Amati klien pada saat makan
7.      Perhatikan bagaiman klien mengelola cairan dan makanan dari konsistensi yang berbeda
8.      Kaji kemampuan produksi air liur klien
9.      Amati penurunan berat badan dan tanda-tanda dehidrasi
10.  Perhatikan pola bicara dan kelainan nada hypernasa.

2.      Gangguan usus kecil
Gangguan paling umum dari usus kecil pada lansia adalah penyerapan makanan yang buruk ( malabsorpsi ). Malabsorpsi di sebabkan kurangnya sekresi  asam lambung, penggunaan antasida jangka panjang, dan obat –obatan  antikolinergik dan narkotik dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri (Micley,Stanley:2005)
Malabsorpsi pada lansia mungkin akan mengakibatkan inskemia , Ketika aliran darah ke usus terganggu, efisiensi usus yang berkurang, sehingga menyebabkan malabsorpsi. Kontaminasi usus halus oleh bakteri perut (sindrom blind loop) juga dapat menyebabkan malabsorpsi.Bakteri menyerang empedu, merusak fungsi penyerapan lemak.malabsorpsi paling sering dihubungkan dengan usus kecil dan stasis setelah gastrektomi parsial.

Tanda dan gejala malabsorpsi :
1.   Peradangan usus
2.   Diare
3.   Sakit perut
4.   Perdarahan anus
5.   Kurus, membrane mukosa pucat dan turgor kulit kering
6.   DemamTekanan darah rendah
    
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu :
1.   Kaji penggunaan antasida yang berlebihan
2.   Anjarkan klien untuk memilih makan yang harus dihindari seperti susu dan produk susu
3.   Diskusikan dengan anggota keluarga untuk memberikan dorongan makan makanan sehat bagi klien
4.   Anjurkan keluarga klien untuk memberikan makanan yang mudah dicerna
5.   Kaji pola eliminasi dan asupan makanan
6.   Kaji tanda-tanda dan gejala dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
7.   Kaji diet yang pernah dilakukan sebelumnya
3.      Gangguan Usus Besar
Penyakit yang terdapat pada usus besar adalah penyakit divertikular, kanker, sembelit, dan diare.
a.       Penyakit diverticular
Penyakit diverticular merupakan kekuatan mukosa kolon dalam menanggapi peningkatan tekanan intrluminal. Penyakit divertikular di sebabkan oleh makanan yang diproses, obesitas dan diet rendah serat.
Tanda dan gejala penyakit divertikular tidak menunjukan gelaja tetapi beberapa orang akan mengalami sembelit, kembung, ketidaknyamanan dan distensi perut. Komplikasi dari diverculosis muncul ketika ada imflammations akut (diverticulitis, pecahnya satu atau lebih divertikula), perdarahan, atau obstruksi.Divertikulitis terjadi ketika ada microforporation dan kebocoran isi usus ke dalam jaringan sekitarnya yang menyebabkan peradangan.pasien akan mengalami rasa sakit, nyeri perut, demam, dan  massa teraba.
Ketika divertikulum pecah merupakan sebuah ancaman maka dilakukan kolostomi.Pada lansia penyakit divertikulum/ obstruksi usus adalah penyebab kematian terbanyak pada lansia.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut ;
1.   Berikan pendidikan kesehatan mengenai tanda-tanda kanker usus besar dan faktor resiko
2.   Kaji kebiasaan buang air besar, pola makan dan rasa sakit
3.   Kaji cairan dan elektrolit yang hilang
b.      Sembelit
Masalah umum yang disebabkan kurang aktivitas dan diet rendah serat.
Lansia mengalami sembelit karena penurunan sensasi saraf, pengosongan usus, dan gagal menerima sinyal defekasi.Penurunan frekuensi BAB berkepanjangan.

Pencegahan yang dapat dilakukan :
1.   Berikan penkes mengenai eliminasi dan cara mengurangi sembelit
2.   Berikan asupan cairan yang cukup
3.   Anjurkan untuk rajin olahraga
4.   Tentukan jenis sembelit melalui  usus
5.   Mengidentifikasi faktor-faktor yang menakibatkan pasien pada risiko tinggi untuk sembelit
6.   Isolasi dan memodifikasi elemen yang berpengaruh pada masalah sembelit

E.       Pengkajian Kasus Cairan Dan Nutrisi
Pengkajian fisik pada lansia dengan gangguan nutrisi dan cairan
1.         Rongga mulut
a.       Inspeksi :apakah ada penanggalan gigi, stomatitis (sariawan), lesi di sekitar mulut, karies gigi.: kerusakan gigi, sariawan,  lesi dapat mengurangi kemampuan lansia mencerna makanan.
2.         Mata
a.       Inspeksi : Konjungtiva : anemisatautidak
3. Abdomen
a.       Inspeksi :Dilihat kesimetrisan perut apakah ada scar, colostomy, ataupun kelainan lainnya.
b.      Auskultasi :dilakukan pemeriksaan bising usus di sekitar umbilicus dengan bising usus normal 8-12x/menit. sehingga dapat diberikan intervensi dengan cepat dalam skala yang besar
c.       Palpasi :dilakukan perabaan apakah ada massa, nyeri tekan.
d.      Perkusi :untuk mengetahui apakah ada cairan atau massa di dalam rongga perut.
e.       Mengukur tinggi dan berat badan dan memebandingkan dengan tabel standar
f.       Menghitung indeks massa tubuh
g.      Mengukur ketebalan lipatan kulit
h.      Mengukur lingkar lengan atas


Pemeriksaan Tambahan:
1.      Foto Rontgen: menentukan densitas tulang, keadaan jantung, paru dan kelainanan sistem saluran pencernaan
2.      Pemeriksaan hitung jenis sel darah lengkap, pemeriksaan darah dan urin untuk mengukur kadar vitamin, mineral dan limbah metabolik seperti urea
3.      Pengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia
Pemeriksaan penunjang lainnya terkait pemeriksaan status nutrisi dan cairan yakni pemeriksaan antropometrik. Pemeriksaan atau pengukuran antropometrik (pengukuran ukuran, berat badan, dan proporsi tubuh) mengevaluasi keseimbangan pengeluaran kalori-energi klien, massa otot, lemak tubuh, dan penyimpanan protein berdasarkan tinggi, berat, lipatan kulit (skinfold), dan limb and girth circumferences (Delaune & Ladner, 2002).
a)       Body mass indexs (BMI) bertujuan untuk mengetahui berat badan seseorang sesuai dengan tinggi atau tidak. Kalkulasi BMI ini dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:
BMI = berat badan (Kg)
  [tinggi badan (m)]2
Nilai standar untuk BMI pada lansia 65 tahun dan  ke atas, yakni sebagai berikut:
·         BMI < 19: gizi kurang
·         BMI 19-21: gizi baik atau normal
·         BMI 21-23: gizi lebih
·         BMI > 23: obesitas
b)       Pemeriksaan atau pengukuran skinfold. Pemeriksaan atau pengukuran skinfold mengidentifikasi jumlah lemak tubuh (body fat) (Delaune & Ladner, 2002). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper, mengukur jaringan subkutan klien. Pengukuran dapat dilakukan dari trisep, subscapular, bisep, dan suprailiac skinfolds.
c)       Pengukuran mid-upper arm circumference (MAC). MAC menunjukkan indeks dari massa otot skeletal dan penyimpanan protein. Ketika pemeriksaan ini, instruksikan klien untuk relaks dan fleksi pada forearm, dengan meteran ukur sirkumferen di midpoint lengan atas.
d)      Abdominal girth measurement. Abdominal girth measurement menunjukkan indeks untuk mengetahui distensi abdominal meningkat, menurun, atau masih sama. Gunakan pena untuk menandakan titik pada abdomen klien yang mengalami distensi. Kemudian, menggunakan meteran, ukur sirkumferen abdomen.
e)      Pengkajian biokimia turut sebagai elemen variabel pengkajian status nutrisi dan cairan. Pengkajian ini mencakup pemeriksaan kadar albumin, prealbumin, dan keseimbangan nitrogen (Burke & Laramie, 2000). Selain itu, pemeriksaan kadar urea, kreatinin, sodium, osmolalitas dan urin spesifik sebagai fokus indikator dehidrasi. Albumin adalah carrier protein yang dibutuhkan untuk menjaga tekanan onkotik (Burke & Laramie, 2000).
f)        Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al.,2002).

rumus
IMT     = Berat badan (kg)
                                            Tinggi badan (m)2

g)        Mengukur tinggi lutut
Pengertian Pengukuran Tinggi Lutut merupakan pengukuran antropemetri yang baisanay digunakan sebagai pengukuran orang yang usianya sudah tergolong lansia dengan unggungnya yang semakinlama mengalami osteoporosis.
TB berdasarkan Tinggi Lutut (TL)
TB Pria = 64,19 -  (0.40 + U) + (2,02 x TL)
TB Wanita = 84,88 - (0.24 x U) +(1,83 x TL)
Keterangan :
U = Umur


F.       Diagnosa Yang Muncul Pada Kasus Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi
1.     Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Batasan Karakteristik :
-       BB 20% atau lebih di bawah rentang BB ideal
-       Bising usus hiperaktif
-       Cepat kenyang setelah makan
-       Diare
-       Gangguan sensasi rasa
-       Kelemahan otot pengunyah
NOC :
Nutritional status : Food and fluid intake:
-        Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi klien
-          Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
 Nutritional status : Weight control:
-          BB ideal sesuai dengan tinggi badan
-          Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
NIC:
Nutrition Management:
-          Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penberian diit
-      Kaji adanya alergi makanan
-      Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
-      Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring:
-          Monitor adanya penurunan BB
-          Monitor lingkungan sekitar klien selama makan 
-          Monitor kondisi  mual muntah
-          Berikan minuman jahe hangat untuk mengurangi mual muntah klien.
2.         Kekurangan volume cairan  (00027)
Batasan karakteristik :
-            Haus
-            Kelemahan
-            Kulit kering
-            Membran mukosa kering
-            Penurunn BB tiba tiba
-            Peningkatan konsentrasi urine


NOC:
Fluid balance
-            Mampu mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB
-             Hematokrit dbn
-             TD, Nadi, Suhu tubuh dbn
Status Hydration:
-          Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
-          Elastisitas turgor kulit baik
-          Membran mukosa lembab
-          Tak ada rasa haus yang berlebihan
NIC:
Fluid Management:
-          Monitor vital sign
-          Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,   TD ortostatik)
-          Kolaborasi pemberian cairan Intra Vena
-          Dorong masukan oral
3.         Defisit perawatan diri : makan (000102)
      Batasan Karakteristik :
-          ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukkan ke mulut
-          ketidakmampuan mengunyah makanan
-          ketidakmampuan menghaabiskan makanan
-          ketidakmampuan memakan makanan dengan aman

NOC :
Activity Intolorence
Self Care Defisit Hygiene
Self Care Deficit Feeding
NIC :
Self Care Assistance : Feeding
-          Memonitor kemampuan pasien untuk menelan
-          Identifikasi diet yang diresepkan
-          Memonitor status hidrasi pasien
-          Memantau berat badan pasien yang sesuai
-          Memberikan bantuan fisik sesuai kebutuhan klien


4.         Resiko Konstipasi (00015)
 Batasan Karakteristik :
-          Keletihan umum
-          Tidak dapat makan, mual
-          Kebiasaan makan buruk
-          Perubahan pola makan
NOC :
-          Bowel Elimination
-          Hydration
NIC :
Constipation / impaction management :
-          Memonitor tanda dan gejala konstipasi
-          Monitor bising usus
-          Monitor feses : frekuensi, konsistensi, dan volume
-          Identifikasi factor penyebab dan kontribusi konstipasi
-          Dukung intake cairan
-          Pantau tanda-tanda dan gejala konstipasi


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
        Setiap manusia yang berumur panjang pasti akan mengalami masa lansia dan itu alami. Masalah keperawatan pada lansia khususnya masalah Nutrisi dan cairan terjadi karna menurunya fungsi organ tubuh, sebagai perawat kita harus memahami tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah tersebut diatas agar kita dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional sehingga derajat kesehatan para lansia tercapai dengan optimal.
B.       Saran
Upaya kesehatan saat ini yang di tujukan kepada lansia sangat di galakkan sesuai SDG’s, jangan sampai seorang  perawat setelah lulus pendidikan tidak bisa memberikan asuhan keperawatan pada lansia. Untuk itu kita harus terus menambah informasi tentang perkembangan terbaru dalam pemberian asuhan keparawatan yang mencakup pengkajian sampai dengan evaluasi serta kita harus memahami kebijakan dan strategi dalam pelayanan kesehatan khususnya lansia.





DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R. B. (2009). Teori Proses Menua. Dalam : Martono H, Pranarka K (editor). Buku Ajar Boedhi- Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit  Dalam FK UI
Wold, Gloria (1999). Basic Geriatric Nursing ed.2. St.Louis : Mosby
Stanley,Mickey dkk (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
Maryam, Siti M, dkk. (2009). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Walson, Roger (2003). Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC
Nugroho, W (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta : EGC